Semarang, hariantemanggung.com - Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah, Prof. Syamsul Maarif, M. Ag. melakukan dialog interaktif bersama Radio Republik Indonesia dengan Tema Tantangan Penguatan Moderasi dan Internalisasi Kearifan Lokal di Kluster Pendidikan pada Jumat (09/02/2024).
Dalam paparannya, Prof Syamsul menyampaikan pentingnya pengajaran agama tentang pluralitas, rukun di tengah perbedaan, dan hilangnya sinisme antar golongan.
"Perbedaan adalah sebuah fitrah yang harus kita maknai dengan penuh kedamaian, harus rukun di tengah perbedaan." ujar Prof. Syamsul.
Prof. Syamsul melanjutkan, bahwa ada beberapa sikap yang harus dimiliki oleh setiap warga negara.
"Sebagai warga bernegara harus memiliki Komitmen kebangsaan, siapapun pilihannya kita tetap bersaudara, selera merupakan persoalan masing-masing. Harus memiliki sikap anti kekerasan, jangan terjebak pada ekstrimisme yang menghalalkan segala cara. Kemudian, memiliki toleransi antar umat beragama. Dan terakhir, mampu beradaptasi dengan budaya lokal." Ucap Pengasuh Pesantren Riset Al-Khawarizmi Semarang.
"Pendidikan harus adaptif, inovatif dan berkesesuaian dengan kebutuhan. Serta pendidikan holistic sangat urgent sebagai strategi pembangunan pendidikan di Indonesia. Pendidikan juga harus mengeksplor dan merevitalisasi kearifan lokal; terutama dalam mengatasi pudarnya nilai-nilai ketimuran." Imbuhnya.
Adapun tantangan moderasi menurut Prof. Syamsul saat ini adalah Suhu politik, Hoaks dan Intoleransi
"Terlepas dari tantangan yang ada, kita harus senantiasa menjadi sosok yang arif, saling gotong royong, menghormati kemajemukan, harus sinergis, dan menjembatani perbedaan itu dengan toleran kepada selera masing-nasing, dan mampu menjunjung tinggi etika dan moralitas," lanjutnya.
"Mari kita rawat filosofi bangsa ini dalam menghadapi tantangan global, menjadikan konsep moderatisme dan local genious sebagai balutan gambaran kepribadian masyarakat Indonesia yang hebat dan bermartabat," pungkasnya. (htm/ibd)
Tambahkan Komentar