Temanggung, Hariantemanggung.com – Fakultas Tarbiyah dan Keguruan menggelar Webinar Internasional dengan menghadirkan pemateri Muchammad Tolchah, dari Tampere University, Finlandia. Bertajuk “How Finland Prepares Teachers” pada Rabu (08/03) secara daring melalui platform Zoom dan Youtube.

Dilaksanakan secara daring, nyatanya tidak menyurutkan antusiasme peserta yang berjumlah lebih dari 300 partisipan. Webinar Internasional ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa INISNU Temanggung saja, banyak peserta lain bahkan berasal dari berbagai kalangan seperti pulau Sumatera sampai Papua.

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Andrian Gandi W, M.Pd., menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada semua pihak, terutama atas kesediaan narasumber untuk berbagi ilmu, pengetahuan dan pengalaman. Selanjutnya pihaknya menyampaikan tujuan kegiatan “Milad INISNU Temanggung ke 53 Tahun, kembali membangkitkan spirit Pangeran Sambernyawa “Mulat Sarira Hangrasa Wani, Rumangsa Melu Handarbeni, Wajib Melu Hangrungkebi” masih relevan hingga kini untuk berani mawas diri, turut bekerja, berjuang, ikut memiliki, dan wajib ikut menjaga sivitas kita.” Hal ini sangat penting, untuk akselerasi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dalam segala hal.”

Rektor INISNU Temanggung, Dr. KH. Muh Baehaqi, MM yang sedang berada di di Medan, Sumetera Utara, dalam acara Rakernas LPTNU turut menyampaikan apresiasinya “Selamat kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan beserta seluruh peserta webinar semoga mendapat menfaat, keberkahan dalam mengikuti acara ini.  Pihaknya juga berharap di usia 53 tahun INISNU temanggung semakin membuat kita dewasa sehingga mempercercepat akselerasi INISNU menjadi UNISNU.” Sekaligus membuka acara webinar internasional.

Muchammad Tolchah, menyampaikan materi kepada seluruh partisipan tentang image awal, media dalam menyajikan kemewahan 'wow', prinsip, filosofis dasar, dan praktik dalam menangani Pendidikan dan keguruan di Finlandia.  “Finlandia yang dianggap terbaik saja, ternyata masih terdapat kekurangan, dan statistic juga membuktikan. Kita perlu membuka mata lagi. Seringkali ada upaya simplifikasi. Ada suatu anggapan jika suatu negara ingin maju, maka perlu Benchmarking. Banchmarking tidak harus dari satu negara tertentu, kita bisa belajar ide dari praktik baik di negara lain kemudian kita olah sesuai konteks kita. Karena tidak semua yang di luar keliahatan baik dan memberikan hasil positif ketika kita terapkan di Negara kita.”  Ungkapnya dalam acara yang dipandu oleh Effi Wahyuningsih, M.Pd.

Pihaknya menambahkan “Dengan model yang banyak ujian, ulangan, hafalan yang menurut para ahli menjajah siswa. Memang terdapat kekurangan, namun juga punya kelebihan. Softskill siswa dengan sistem seperti ini, malah memiliki kemampuan survive yang tinggi. Kita tidak perlu inferior atau rendah diri, kita punya dedikasi dan pengabdian yang tinggi. Kita sudah terbiasa selfaware atau punya kesadaran dan paham dengan konsekuensi dari apa yang kita lakukan. Namun, memang perlu ditumbuhkan partisipatory pedagogy dalam pengembilan keputusan.” Pungkasnya. (htm/ton)

Bagikan :

Tambahkan Komentar