Temanggung, Hariantemanggung.com
-  Bekerjasama dengan DEMA Fakultas Syariah Hukum dan Ekonomi Islam, HMP Ahwalussyahsisah serta HMP Ekonomi Syariah, Pengurus PMII Rayon Syariah/Ki Ageng Makukuhan sukses gelar refleksi Hari Kemerdekaan Indonesia ke 76 dengan berziarah ke makam auliya' pada Rabu (18/08/2021). 

Refleksi bertajuk "Eling Akhirat" atau "Ingat Akhirat" Berjalan dengan Ziarah ke makam auliya' yaitu Makam KH Subkhi Pahlawan Bambu Runcing, Makam Ki Ageng Makukuhan tokoh pejuang petani tembakau, Makam KH Abdul Hadi Sofwan Pendiri Sekolah Tinggi Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Temanggung yang kini beralih status menjadi Institut.

Perjalanan pertama peserta ziarah ke makam KH Subkhi yang bertempat di pemakaman Sekuncen, Kauman, Parakan, Temanggung. Dilanjutkan ke Kedu di Makam Ki Ageng Makukuhan sekaligus pelaksanaan refleksi bersama. 

Refleksi diisi dengan diskusi di samping Makam Ki Ageng Makukuhan yang di pantik langsung oleh ketua komisariat Trisula INISNU Temanggung sahabat Ahmad Farichin.

Banyak yang disampaikan oleh pemantik pada kesempatan kali ini, pertama bahwa tokoh pahlawan (KH Subkhi) yang mempunyai wibawa dan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan  perjuangan Indonesia di daerah Temanggung ini jarang ditulis, termasuk pahlawan bambu runcing. Sehingga tidak jarang masyarakat hanya mengenal sebatas Pahlawan perjuangan tanpa mengetahui substansi perjuangannya. 

KH Subkhi dalam masa perjuangannya dikenal sebagai penyepuh/pemberi doa bambu runcing, bahkan Parakan Temanggung pada saat itu setiap hari lebih dari 10.000 para pejuang dari Jawa-Madura hadir menggunakan Kereta Api untuk meminta doa dari KH Subkhi. 

Hadirnya sosok KH Subkhi dalam penyepuhan Bambu Runcing menjadi sangat penting, karena melaluinya tekad dari para pejuang sangat tinggi. Pejuang lebih tau ranah perjuangan yang dilakukan, bukan hanya tenaga, harta bahkan nyawa pun siap untuk diberikan demi mempertahankan proklamasi Indonesia. 

Kedua, pemantik menyampaikan tentang sosok ki Ageng Makukuhan yang merupakan murid dari Sunan Kali Jaga dan Sunan Kudus yang diperintah untuk berdakwah di daerah Temanggung. Beliau dibekali oleh gurunya beberapa benih tanaman yang disuruh untuk menanamnya di daerah dakwah. 

Ki Ageng Makukuhan dalam pergulatannya bukan hanya sebagai sosok yang terlihat santun. Beliau juga berlaku sebagai petani, tabib atau penyembuh penyakit melalui doa-doa. 

Pada suatu masa, tumbuhlah benih yang di berikan gurunya itu. Daun-daun melebar dengan suburnya. Kemudian dipetiklah daun itu oleh Ki Ageng Makukuhan dan berkata "iki Tomboku, iki Tomboku, iki Tomboku". Sejak itulah, menurut cerita kenapa benih yang di bawa Ki Ageng Makukuhan disebut sebagai Tembakau. 

Poin terakhir yang disampaikan Ahmad Farichin bahwa Rayon Syariah yang diberi nama Ki Ageng Makukuhan adalah tafaulan terhadap tokohnya. Sebagai pembela rakyat, pembantu kaum kecil dan penolong sesama manusia. Maka, kader-kader Rayon Syariah harus berusaha mendalami dan menghayati tokoh-tokoh seperti Ki Ageng Makukuhan. Sehingga dalam bertindak betul-betul didasari oleh Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII. 

Sejarah perjuangan di Lokalitas Temanggung harus dibumisasikan di tengah-tengah masyarakat. Agar kita tidak lupa bahwa Temanggung pernah menjadi saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Selanjutnya, Ziarah Terakhir di Makam KH Abdul Hadi Sofwan pendiri STAINU Temanggung sekarang menjadi INISNU Temanggung. Beliau juga merupakan sosok intelektual muda NU pada masanya dan merupakan penggagas kemajuan pendidikan di daerah Temanggung. 

Kegiatan bertajuk "eling akhirat" Sebetulnya adalah tabir, pada hakikatnya sebagai mahasiswa juga perlu memperjuangkan keadilan di bumi, tempat kita dilahirkan. Karena apa yang kita lakukan di dunia akan menjadi bekal di kehidupan akhirat nanti. (Htm33/MiftahPP).

Bagikan :

Tambahkan Komentar