Oleh Novia Sari Melati
PGMI STAINU Temanggung
Identitas Buku
Judul: Filsafat Umum Zaman Now
Prakata: Dr. H. Muh. Baehaqi, MM
Penulis: Hamidulloh Ibda, M.Pd
Penyunting: Khamim Saifuddin,
M.Pd.I
Desain Sampul: Wahyu Egi Widayat
ISBN: 978-602-50213-3-6
Cetakan: I, Agustus 2018
Tebal: 21 x 14 cm, xv + 281 Halaman
Diterbitkan: CV. Kataba Group
Perubahan besar, sangat ditentukan
dari perubahan cara berpikir. Pola dan cara berpikir benar, baik, dan indah,
maka akan menentukan perkataan dan perbuatan, bahkan putusan benar, baik dan
indah, begitu sebaliknya. Urgensi filsafat sebagai the mother all of
sciences menjadi landasan bagi perkembangan pikiran manusia.
Lewat sumber daya berkualitas, maka
akan mampu menjawab tantangan era Revolusi Industri 4.0 ini. Apalagi, keharusan
kita di abad 21 ini tidak sekadar dituntut memiliki “kompetensi, karakter, dan
literasi” yang hanya pada literasi lama. Mulai dari membaca, menulis, dan
berhitung.
Revolusi Industri 4.0 mengharuskan
kita memiliki bekal literasi baru, yaitu literasi data, teknologi, dan sumber
daya manusia (humanisme). Di situlah tampak jelas, filsafat selalu relevan
dalam kehidupan manusia.
Filsafat umum mencakup kajian
tentang persoalan kesatuan, keseragaman, serta hubungan di antara segenap ilmu.
Kajian ini terkait dengan masalah hubungan antara ilmu dengan kenyataan,
kesatuan perjenjangan, susunan kenyataan, dan sebagainya. Filsafat ilmu khusus,
yaitu kajian filsafat ilmu yang membicarakan kategori-kategori serta
metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu tertentu atau dalam
kelompok-kelompok ilmu tertentu, seperti dalam kelompok ilmu pendidikan.
Filsafat zaman now, mendengar
kalimatnya saja kita sudah bisa menebak bagaimana isi yang akan dibahas di
dalam buku karya Hamidulloh Ibda ini. Namun, siapa tahu jika isi buku ini lebih
out of the box daripada judulnya? Bukankah kita tidak boleh menilai
sesuatu dari sampulnya saja? Dan itu benar adanya tatkala saya berusaha
memahami isi dari Filsafat Zaman Now yang terbit pertama pada tahun 2018
ini.
Buku dengan tebal 281 halaman ini
mampu membuat kita melek terhadap ilmu filsafat secara umum pada era
revolusi industri 4.0, layaknya agama Islam, ilmu filsafat juga harus fleksibel
atau lebih mengikuti perkembangan zaman dengan tidak meninggalkan teori-teori
akar terdahulu. Penulis menjelaskan bahwa dalam menghadapi revolusi industri
4.0 ini, manusia harus memiliki bekal literasi yang baru, seperti literasi
data, teknologi, sumber daya manusia. Hal itu dikarenakan filsafat harus
relevan dalam kehidupan manusia.
Dengan ciri khas gaya filsafat,
penulis memaparkan filsafat umum pada zaman sekarang melalui sepuluh bagian
yang membahas tuntas tentang seluk beluk perkembangan filsafat menurut riset
perpustakaan atau kajian pustaka.
Di bagian pertama, penulis mendekonstruksi
(membaca teks dengan menganggap bahwa setiap teks selalu menghadirkan
anggapan-anggapan yang dianggap absolut) ilmu, filsafat, dan agama. Dari sana
kita tahu bahwa ketiga poin tersebut memiliki hubungan, baik itu secara
teoritis maupun secara praktis. Meskipun demikian, penulis mengakhiri bagian
pertama ini dengan batas wilayah, persamaan, dan perbedaan kajian ilmu,
filsafat, dan agama.
Di bagian kedua, penulis berhasil
mengkaji ruang lingkup filsafat. Tentu saja kita mengetahui bahwa ruang lingkup
studi filsafat sangat luas, mulai dari objek material dan formal filsafat,
ruang lingkup studi filsafat itu sendiri, cabang, aliran, dan metodologi
filsafat, serta hubungannya filsafat dan pendidikan.
Di bagian ketiga, penulis mampu
membedah filsafat manusia. Ilmu tentang manusia berkembang dari masa ke masa.
Filsafat manusia tidak bisa lepas dari hubungan antara manusia, Tuhan, dan
alam. Untuk itulah dikatakannya di awal bahwa manusia harus memiliki bekal
literasi yang baru pada era revolusi industri 4.0, salah satunya dalah sumber
daya manusia. Siapa itu manusia, keunikan manusia dari makhluk lain, hingga
hakikat manusia dari berbagai sudut pandang.
Di bagian keempat, penulis tanpa
segan menguliti konsep diri (self-concept) dalam perspektif filsafat.
Sebagaimana kalimat legendaris (menurut saya) dari ilmu filsafat tentang diri
sendiri yaitu di dalam diri manusia terdapat diri-diri yang lain, maka
konsep diri ini menjelaskan banyak makna dan fungsi diri sebagai sentra persona
dan sebagai fungsi organisasi. Bahkan penulis memaparkan konsep diri menurut
tokoh terkenal Martin Buber, Ibnu Miskawaih, dan Imam Al-Ghazali. Di samping
semua itu, penulis juga memaparkan perihal ingkar terhadap eksistensi diri.
Di bagian kelima, penulis berani
membedah akal-badan dan relasi (hubungan) antara keduanya. Dalam Islam, akal
tidak bisa dipisahkan dari rasio sesuai kemampuannya untuk berpikir, juga tidak
bisa dipisahkan dari hati sebagai substansi yang mengetahui persoalan rasional
empiris maupun metasfisis. Keduanya memiliki kaitan yang cukup erat dan tidak
dapat terpisahkan satu sama lain.
Di bagian
keenam, penulis mengkaji manfaat dan implikasi filsafat, serta hubungannya
dengan bidang ilmu pendidikan. Filsafat ilmu merupakan kajian filsafat ilmu
pengetahuan, sehingga ia menjadi bagian dari perjalanan pendidikan dari jenjang
dasar hingga pendidikan tinggi. Setiap pendidikan memiliki landasan filosofis
sehingga dalam penerapannya, ilmu pendidikan tak bisa lepas dari filsafat ilmu
itu sendiri.
Di bagian ketujuh, penulis mampu
membedah metodologi filsafat ilmu dari para filsuf seperti Rene Descartes, Aj
Ayer, K.R Popper, Al Kindi, Al Ghazali, Ibnu Rusyd, dan Al Razi. Tak hanya itu,
ia juga menuliskan klasifikasi filsafat yang terbagi menjadi tiga yaitu
filsafat barat, timur, dan Indonesia.
Di bagian kedelapan, penulis
mengupas tuntas tentang perkembangan ilmu. Menurutnya, proses perkembangan ilmu
dari abad ke abad dibagi menjadi 9 masa. Seperti yang dikatakan di awal bahwa
ilmu itu bersifat fleksibel tanpa meninggalkan hakikatnya. Ilmu yang penulis
bahas terkupas hingga zaman saat ini, yaitu revolusi industri 4.0.
Di bagian kesembilan, penulis
melanjutkan tentang relasi antara ilmu dan nilai, keduanya memiliki hubungan.
Meskipun tidak terikat, penulis mampu menggali lebih dalam tentang keduanya,
relasinya, aplikasi ilmu, bahkan ilmuwan-ilmuwan nilai dalam buku ini,.
Di bagian terakhir, penulis
memberikan pendinginan melalui relevansi nilai-nilai Islam bagi pengembangan
ilmu. Ia menuliskan hubungan antara Islam dengan ilmu pengetahuan pada zaman
sekarang dan juga peranan Islam itu sendiri dalam pengembangan ilmu. Bahkan,
penulis juga memaparkan tentang gagasan-gagasan Islam tentang pengembangan
ilmu.
Buku ini berhasil terbit dengan
banyak manfaat di dalamnya, terutama untuk pembaca. Di dalamnya dipaparkan
secara jelas dan terperinci berbagai hal tentang filsafat, filsafat ilmu
khususnya dan juga perkembangannya dari masa ke masa. Dalam tulisannya, penulis
juga berhasil membuktikan betapa fleksibelnya ilmu yang dapat menyesuaikan
perkembangan zaman. Di samping itu, banyaknya kajian perpusatakaan membuat buku
ini tak diragukan lagi untuk dijadikan bacaan dalam ranah filsafat, pendidikan,
maupun agama.
Ada beberapa pembahasan yang sudah
dijelaskan di awal namun tak sengaja dijelaskan kembali di tengah materi dengan
gaya bahasa yang berbeda. Mungkin ada beberapa yang berpendapat bahwa hal itu
dilakukan guna memperjelas kembali apa pokok pembahasan materi, namun ada
pendapat yang berbanding terbalik dengan hal itu. Selebihnya, mantap jiwa!
Tambahkan Komentar