Suasana pembukaan seminar literasi media sosial
Temanggung, Hariantemanggung.com - Di kalangan kita, warga NU, nama STAINU Temanggung tidak asing lagi. Melihat dari segi revolusi saat ini STAINU Temanggung banyak membawa keberkahan bagi yang mengikuti acara-acara nya terutama acara penutupan sesi Dies Natalis STAINU  Temanggung Jawa Tengah ke-48 yang dihelat, Senin (23/04/2018) dengan Seminar Literasi Media Sosial dengan tema 'Perang Malaikat dan Syetan dalam Media Sosial".

Baca: Puncaki Dies, STAINU Temanggung Gelar Seminar Literasi Media Sosial

Seminar tersebut yang di hadiri oleh ratusan siswa-siswi SMA, SMK  dan MA ke Kabupaten Temanggung dan seluruh mahasiswa STAINU Temanggung.

Dalam hal ini, panitia mendapuk Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Temanggung dan pengurus Pengurus Bidang Literasi Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jateng untuk memberi pencerahan literasi media sosial dalam kegiatan itu.

"Pemakai media sosial (medsos) di Indonesia ini kurang lebih hampir 63 juta jiwa dengan 55 juta pemakai perbulan dan 28 juta pemakai perhari yang terhubung internet," terang Eko Kus Prasetyo salah satu perwakilan dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Temanggung saat seminar berlangsung.

Ditambah lagi dengan pemateri yang sangat menarik bahkan termasuk dalam Pengurus Bidang Literasi Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jateng sekaligus salah satu dosen kebanggaan STAINU Temanggung, Hamidullah Ibda. Ia menjelaskan pergeseran zaman yang begitu cepat, yang hal itu bagi generasi zaman now harus ditangkap dengan kecerdasan.

"Kembali lagi kita pada pembagian zaman ini, yang di mana sekarang ini kita masuk zaman generasi X, Y dan Z atau millenial, pasca millenial yang di sebut penikmat dalam hal dari sebuah pemikiran, dan perjuangan," ujar dia.

Ia mengajak semua peserta untuk bijak, disiplin tabayun atau klarifikasi, dan mengambil informasi dengan metode Kliping atau 5W+1H. Hal itu, menurut dia, jiwa wartawan harus diterapkan karena pemakai media sosial adalah internet citizen (netizen), Bahkan, jika ilmuwan, untuk mendapatkan kebenaran harus melalui metode ilmiah, empiris, sistematis, metodologis dan lainnya.

Dalam acara seminar tersebut beberapa sesi bertahap sesuai dengan waktunya banyak dari kalangan dosen, mahasiswa, dan aktifis yang mengikuti kegiatan tersebut melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang masih mengganjal sehingga seminar menjadi tambah seru dan menarik. (Htm59/Fika).
Bagikan :

Tambahkan Komentar