Ilustrasi Antrian BPJS |
"Kalau tidak begini, nanti kita dapat antrian yang akhir," kata Wawan seorang pemuda yang ikut dalam barisan panjang antrian tersebut (08/01/2018).
Wawan salah satu dari ratusan orang yang rela datang sepagi mungkin demi mendapat antrian. Kepada media, Wawan bercerita dirinya menemani ayahnya yang didiagnosis mengalami kanker paru. Ketika ia mengantri, ayahnya beristirahat di taman rumah sakit.
"Untuk dapat nomor antrian kita harus nunggu, datangnya sesubuh mungkin itu juga biasanya kebagian dapat nomor 300-an ke atas. Cape juga sih, apalagi setelah itu kita juga mesti antri lagi untuk dipanggil di bagian pendaftaran," ungkap Wawan.
Menurut Wawan, bahkan banyak pula yang rela dari dini hari untuk mendapat nomor antrian awal. Kondisi ini kebanyakan adalah pasien yang menggunakan fasilitas kesehatan BPJS.
"Maklum saja, saya maupun yang lain yang ngantri di sini kan menggunakan fasilitas BPJS jadi begini, kami juga sudah terbiasa mengantri. Biasanya kami ambil surat rujukan dulu dari Puskesmas Kelurahan kemudian ke RS dengan harus sepagi mungkin untuk dapat antrian awal," tutur Wawan.
Wawan sebagai salah satu masyarakat berharap agar bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis dengan praktis. Sehingga warga dari kalangan menengah ke bawah tidak perlu pergi untuk konsultasi guna mendapatkan surat rujukan dari Puskesmas Kelurahan dan mengantri panjang di RS. Terlebih di era teknologi seperti sekarang pemerintah harus mampu membuat inovasi yang dapat mengatasi masalah pelayanan kesehatan secara terintegrasi dengan efektif. (htm33/hms).
Tambahkan Komentar