Oleh: Sufi Saniatul Mabruroh
Mentari pagi menyelinap malu-malu di antara sela-sela gorden kamar Raihan. Alarm ponselnya berdendang riang, tapi Raihan sudah lebih dulu terjaga. Bukan karena tugas sekolah yang menumpuk, melainkan karena panggilan hatinya yang lebih besar: panggilan untuk menyelamatkan lingkungan.
Sebagai seorang pelajar SMA, Raihan dikenal bukan hanya karena kecerdasannya, tetapi juga karena kebiasaannya yang unik. Setiap pulang sekolah, alih-alih langsung bermain atau bersantai, ia selalu menyempatkan diri menyusuri jalanan, taman, bahkan selokan di sekitar rumahnya. Matanya awas, mencari harta karun yang bagi kebanyakan orang hanyalah sampah: tutup botol plastik.
"Raihan, kamu ini kenapa sih? Kayak pemulung saja!" ledek teman-temannya suatu sore, melihat Raihan sibuk memunguti tutup botol dari parit.
Raihan hanya tersenyum. "Ini bukan cuma sampah, Ris. Ini harapan," jawabnya kalem. Risa dan teman-teman lainnya hanya menggeleng-gelengkan kepala, tak mengerti.
Di rumah, Raihan memiliki sebuah gudang kecil yang kini berfungsi sebagai "laboratorium" pribadinya. Di sanalah, ratusan, bahkan ribuan tutup botol plastik berbagai warna dan ukuran tersusun rapi dalam karung-karung besar. Bapak dan Ibu Raihan awalnya khawatir, namun melihat kegigihan dan semangat anaknya, mereka akhirnya mendukung, bahkan sering ikut membantu.
Suatu hari, sekolah Raihan mengumumkan lomba inovasi lingkungan. Ini adalah kesempatan emas bagi Raihan. Ia segera menyiapkan proyeknya, yang sudah lama ia impikan: mengolah limbah tutup botol plastik menjadi barang berguna.
Dengan panduan dari internet dan beberapa buku tentang daur ulang, Raihan mulai bekerja. Ia mencuci bersih tutup-tutup botol, memilahnya berdasarkan warna, lalu mencacahnya menjadi serpihan-serpihan kecil. Proses selanjutnya lebih menantang: melelehkan serpihan plastik tersebut menggunakan pemanas sederhana yang ia rakit sendiri, lalu mencetaknya menjadi bentuk-bentuk baru.
Percobaan demi percobaan ia lakukan. Ada yang gagal, ada yang meleleh tidak sempurna, ada yang warnanya tercampur berantakan. Namun, Raihan tak pernah menyerah. Malam-malamnya dihabiskan di gudang, ditemani dengungan kipas angin dan bau khas plastik terbakar. Ibunya sering membawakan kopi hangat dan camilan, menemaninya dalam keheningan yang penuh konsentrasi.
Hingga akhirnya, pada malam menjelang hari presentasi lomba, Raihan berhasil! Di tangannya, sebatang penggaris berwarna-warni yang kokoh, sebuah vas bunga mini yang unik, dan beberapa gantungan kunci lucu terpampang nyata. Semuanya terbuat dari tutup botol plastik bekas!
"Ini dia, Bu! Akhirnya jadi!" seru Raihan penuh haru. Ibunya memeluknya erat, bangga.
Keesokan harinya, di hadapan para juri dan teman-temannya, Raihan mempresentasikan karyanya. Ia menjelaskan bagaimana setiap tutup botol yang tadinya tak berguna, berpotensi mencemari lingkungan selama ratusan tahun, kini bisa bertransformasi menjadi benda-benda fungsional.
"Bayangkan, jika setiap dari kita mengumpulkan satu tutup botol, lalu diolah, berapa banyak sampah yang bisa kita kurangi?" ujarnya penuh semangat. "Satu tutup botol, satu harapan. Harapan untuk bumi yang lebih bersih, untuk masa depan yang lebih baik."
Para juri terkesima. Bukan hanya karena inovasinya, tetapi juga karena semangat dan kepedulian Raihan yang tulus. Raihan memenangkan lomba itu. Namun, lebih dari sekadar piala dan pujian, ia mendapatkan sesuatu yang lebih berharga: kesadaran kolektif.
Teman-teman yang dulu mengejeknya kini ikut tertarik. Mereka mulai membawa tutup botol ke sekolah, menanyakan bagaimana cara Raihan mengolahnya. Guru-guru bahkan berencana membuat program daur ulang di sekolah, terinspirasi dari proyek Raihan.
Gudang kecil Raihan tak lagi hanya menjadi laboratorium pribadinya. Kini, gudang itu menjadi pusat kreativitas, tempat di mana tangan-tangan muda bersatu, mengubah sampah menjadi berkah. Setiap tutup botol yang terkumpul bukan lagi hanya plastik tak berharga, melainkan representasi dari satu tekad, satu kepedulian, dan satu harapan besar untuk lingkungan yang lebih lestari.
Raihan, sang pemungut tutup botol, telah membuktikan bahwa satu tindakan kecil, satu tutup botol, bisa menumbuhkan harapan yang tak terbatas.
Tambahkan Komentar