Hadroh Trisula Temanggung

Hadroh Trisula Temanggung

Pasang Iklanmu Di Sini!


Hariantemanggung.com
- Kabupaten Temanggung, sebuah daerah yang kaya akan warisan budaya, menghadirkan keindahan dan keunikannya melalui seni dan budaya yang khas. Terletak di Provinsi Jawa Tengah, Temanggung tidak hanya dikenal dengan pesonanya yang alami, tetapi juga dengan keberagaman seni dan budayanya yang memikat hati.

Seni Temanggung merujuk pada beragam ekspresi budaya dan seni yang berasal dari atau berkembang di daerah Temanggung, sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Seni Temanggung mencerminkan warisan budaya yang kaya dan beragam, dengan pengaruh dari berbagai tradisi lokal, agama, dan sejarah.

Beberapa bentuk seni tradisional yang dapat ditemui di Temanggung. Pertama, Seni Pertunjukan.Ini termasuk berbagai bentuk pertunjukan seperti wayang kulit, tari tradisional Jawa, dan seni musik tradisional seperti gamelan. Kedua, Kriya dan Seni Rupa. Seni rupa tradisional seperti ukiran kayu, patung, anyaman bambu, dan kain tenun merupakan bagian penting dari seni dan kerajinan di daerah ini. Ketiga, folklore, sastra. Sastra lisan tradisional Jawa, seperti pantun, tembang, dan cerita rakyat, juga memiliki peran penting dalam budaya Temanggung. Keempat, Kuliner Tradisional. Keanekaragaman kuliner tradisional juga merupakan bagian dari warisan budaya Temanggung. Ini termasuk hidangan-hidangan khas Jawa Tengah seperti nasi gudeg, sate, dan berbagai jenis makanan tradisional Jawa lainnya. Kelima, Upacara Adat. Upacara-upacara adat seperti pernikahan adat, prosesi kematian, dan upacara keagamaan juga merupakan bagian integral dari budaya Temanggung.

Seni Temanggung tidak hanya merupakan warisan budaya yang berharga, tetapi juga menjadi bagian penting dalam mempertahankan identitas dan keberlanjutan budaya lokal. Dengan adanya upaya pelestarian dan pengembangan seni dan budaya oleh masyarakat setempat dan pemerintah, Seni Temanggung terus hidup dan berkembang dalam konteks modern yang terus berubah.

Cakupan Seni Temanggung

Pertama, Seni Pertunjukan Tradisional. Salah satu aspek yang menarik dari seni dan budaya Temanggung adalah seni pertunjukan tradisionalnya. Wayang kulit, misalnya, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Temanggung. Pertunjukan wayang kulit seringkali diiringi oleh gamelan, menciptakan suasana magis yang memukau penonton.

Selain itu, ketoprak juga merupakan seni pertunjukan yang populer di Temanggung. Melalui lakon-lakon yang sarat akan pesan moral dan kearifan lokal, ketoprak tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi dan mendidik masyarakat.

Kedua, Kesenian Lokal. Kabupaten Temanggung juga dikenal dengan keseniannya yang khas, seperti ukiran kayu, kerajinan anyaman, dan batik. Para pengrajin lokal dengan keahlian mereka yang luar biasa menghasilkan karya-karya seni yang memikat dan bernilai tinggi. Batik Temanggung, dengan motif-motif tradisionalnya yang unik, menjadi salah satu kebanggaan lokal yang diakui secara nasional maupun internasional.

Ketiga, Festival dan Tradisi Budaya. Beragam festival dan tradisi budaya juga menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Temanggung. Festival Wayang Temanggung, misalnya, merupakan ajang tahunan yang mengumpulkan para seniman wayang dari berbagai daerah untuk berbagi pengetahuan dan memperkaya seni pertunjukan wayang. Sedangkan tradisi upacara adat seperti Grebeg Sudiro, Kirab Budaya, dan lainnya menjadi momen penting yang merayakan keberagaman budaya Temanggung.

Keempat, Pelestarian dan Pengembangan. Meskipun telah memiliki warisan budaya yang kaya, pelestarian dan pengembangan seni dan budaya terus menjadi fokus utama bagi masyarakat Temanggung. Melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan, serta dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat, upaya pelestarian dan pengembangan seni dan budaya terus berlangsung dengan semangat yang tinggi.

11 Daftar Seni Budaya Lokal Temanggung

1. Sadrananan atau Nyadran Khas Temanggung

Tradisi Nyadran merupakan salah satu tradisi budaya khas Temanggung, Jawa Tengah, yang melibatkan upacara atau ritual untuk menghormati leluhur atau arwah nenek moyang. Tradisi ini biasanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, seperti pada bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa atau pada momen-momen tertentu dalam siklus kehidupan masyarakat.

Berikut adalah beberapa ciri khas dari Tradisi Nyadran khas Temanggung. Pertama, Persiapan. Sebelum pelaksanaan Nyadran, masyarakat biasanya melakukan persiapan yang matang. Hal ini mencakup persiapan makanan, minuman, dan perlengkapan lain yang akan digunakan dalam upacara. Biasanya, masyarakat juga membersihkan tempat-tempat yang akan digunakan untuk pelaksanaan Nyadran, seperti halaman rumah atau tempat ibadah.

Kedua, Upacara. Pada hari pelaksanaan Nyadran, masyarakat berkumpul di tempat yang telah dipersiapkan. Upacara dimulai dengan doa bersama dan pembacaan kitab suci atau mantra-mantra khusus. Setelah itu, masyarakat menyajikan makanan dan minuman sebagai persembahan kepada arwah nenek moyang mereka.

Ketiga, Persembahan. Makanan dan minuman yang disajikan sebagai persembahan biasanya berupa makanan tradisional Jawa seperti nasi kuning, ayam goreng, sayur lodeh, dan kue-kue tradisional. Ada juga minuman seperti kopi, teh, atau air putih. Persembahan-persembahan ini diatur dengan rapi di atas tempat yang telah disiapkan.

Keempat, Doa dan Ziarah. Selama pelaksanaan Nyadran, masyarakat juga melakukan doa bersama dan ziarah ke makam-makam nenek moyang mereka. Ini merupakan momen yang dianggap penting untuk mengingat dan menghormati leluhur, serta untuk mempererat hubungan dengan mereka.

Kelima, Kebersamaan. Tradisi Nyadran juga menjadi momen kebersamaan bagi masyarakat. Mereka berkumpul bersama-sama dengan keluarga, tetangga, dan teman-teman untuk melaksanakan upacara ini. Hal ini menciptakan atmosfer keakraban dan solidaritas dalam komunitas.

Tradisi Nyadran merupakan bagian penting dari budaya dan identitas masyarakat Temanggung. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, tradisi ini juga memperkuat hubungan sosial dalam masyarakat serta memperkokoh nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong.

2. Kuda Lumping / Jaran Kepang

Kuda Lumping adalah sebuah tradisi pertunjukan yang populer di daerah Jawa Tengah utamanya di Kabupaten Temanggung. Biasanya, pertunjukan Kuda Lumping melibatkan sekelompok penari yang mengendarai "kuda" dari anyaman bambu atau bahan lainnya. Pertunjukan ini sering diiringi oleh musik gamelan dan sering kali mencakup unsur-unsur ritual atau kepercayaan tradisional. Dalam pertunjukan Kuda Lumping khas Temanggung, terdapat variasi tertentu yang mungkin membedakannya dari pertunjukan di daerah lain. Beberapa ciri khas Kuda Lumping di Temanggung mungkin meliputi, Pertama, Kostum dan Dekorasi. Kostum dan dekorasi yang digunakan dalam pertunjukan Kuda Lumping di Temanggung mungkin memiliki gaya dan motif yang khas untuk daerah tersebut. Ini bisa mencakup warna-warna yang cerah dan desain yang khas dari seni rupa lokal.

Kedua, Musik dan Lagu. Musik yang mengiringi pertunjukan Kuda Lumping di Temanggung mungkin memiliki ciri khas tertentu, entah itu dalam penggunaan instrumen tertentu atau lagu-lagu yang dilantunkan. Ketiga, Tarian dan Gerakan. Gerakan tarian dan pertunjukan dalam Kuda Lumping khas Temanggung mungkin memiliki gaya dan pola gerak yang spesifik untuk daerah tersebut. Ini bisa mencerminkan unsur-unsur budaya lokal atau cerita-cerita tradisional yang unik bagi Temanggung. Keempat, Unsur Budaya Lokal. Kuda Lumping di Temanggung mungkin juga mencakup unsur-unsur budaya lokal atau kepercayaan tradisional yang unik bagi masyarakat setempat.

Kuda Lumping tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga memiliki makna sosial dan spiritual bagi masyarakat Jawa Tengah, termasuk Temanggung. Meskipun terdapat variasi dalam pertunjukan ini di seluruh wilayah, setiap pertunjukan Kuda Lumping biasanya menjadi wujud dari warisan budaya yang berharga dan penting untuk dilestarikan.

3. Tradisi Warokan

Tradisi Warokan adalah tradisi budaya yang khas bagi masyarakat Temanggung dan sekitarnya di Jawa Tengah. Tradisi ini melibatkan pertunjukan seni bela diri dan keberanian yang dilakukan oleh para pemain yang disebut "warok". Warok adalah seorang pemimpin spiritual dan fisik yang dihormati dalam masyarakat Jawa, dan Warokan adalah pertunjukan atau latihan yang dilakukan oleh mereka.

Berikut adalah beberapa ciri khas Tradisi Warokan khas Temanggung. Pertama, Seni Bela Diri. Warokan biasanya mencakup demonstrasi seni bela diri tradisional Jawa, seperti pencak silat. Pencak silat di sini tidak hanya dilihat sebagai keterampilan bela diri, tetapi juga sebagai bentuk latihan spiritual dan keberanian. Kedua, Aspek Spiritual. Tradisi Warokan juga mencakup aspek spiritual yang kuat. Warok dianggap memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa, dan mereka kadang-kadang diyakini memiliki kemampuan supranatural. Pertunjukan Warokan seringkali dianggap sebagai penghormatan kepada leluhur atau roh penjaga yang melindungi masyarakat.

Ketiga, Musik dan Pengiring. Pertunjukan Warokan biasanya diiringi oleh musik tradisional Jawa seperti gamelan atau alat musik lainnya. Musik ini menambah suasana dan mengiringi gerakan dan aksi dari para warok. Keempat, Penghormatan dan Etika. Tradisi Warokan juga mencakup aturan-aturan etika dan tata krama yang ketat. Para warok dihormati dan dianggap sebagai teladan dalam masyarakat, dan mereka diharapkan untuk menunjukkan kesopanan, keberanian, dan keadilan dalam semua aspek kehidupan mereka. Kelima, Perayaan dan Acara Khusus. Warokan sering kali dipertunjukkan dalam acara-acara khusus seperti perayaan hari besar keagamaan atau peristiwa penting dalam masyarakat. Ini menjadi bagian penting dari budaya dan identitas lokal di Temanggung.

Tradisi Warokan tidak hanya merupakan pertunjukan seni bela diri, tetapi juga menjadi simbol dari nilai-nilai spiritual, keberanian, dan keadilan dalam masyarakat Jawa. Meskipun tradisi ini memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan budaya lokal, Warokan masih terus berkembang dan dihormati oleh masyarakat Temanggung hingga saat ini.

4. Seni Kubro Siswo

Kubro Siswo adalah salah satu tarian tradisional yang menggunakan topeng dan merupakan bagian dari warisan budaya khas Temanggung, Jawa Tengah. Tarian ini biasanya dipentaskan dalam berbagai acara adat, upacara keagamaan, festival budaya, dan acara penting lainnya di daerah tersebut. Kubro Siswo memiliki makna dan simbolisme yang dalam dalam konteks budaya Jawa, dan menggambarkan berbagai aspek kehidupan dan kepercayaan masyarakat.

Berikut adalah beberapa ciri khas Kubro Siswo khas Temanggung. Pertama, Topeng. Salah satu ciri khas utama dari Kubro Siswo adalah penggunaan topeng. Topeng yang digunakan dalam tarian ini memiliki berbagai macam bentuk dan desain yang melambangkan karakter dan tokoh-tokoh dalam cerita atau mitologi Jawa. Topeng-topeng ini sering kali dihiasi dengan warna-warna cerah dan hiasan-hiasan tradisional.

Kedua, Gerakan Tarian. Gerakan dalam Kubro Siswo mencakup gerakan-gerakan yang anggun dan simetris, sesuai dengan karakteristik tarian tradisional Jawa. Gerakan tersebut mencerminkan narasi atau cerita yang disampaikan oleh tarian ini, serta menggambarkan berbagai situasi atau emosi yang ingin disampaikan.

Ketiga, Cerita atau Narasi. Kubro Siswo sering kali disajikan dalam bentuk narasi atau cerita yang diinterpretasikan melalui gerakan-gerakan tarian dan ekspresi wajah para penari. Cerita yang disampaikan dapat bervariasi, tetapi sering kali berkisar pada tema-tema mitologis, legendaris, atau moralis yang memiliki makna dalam budaya Jawa.

Keempat, Musik Pengiring. Seperti tarian tradisional lainnya, Kubro Siswo biasanya diiringi oleh musik tradisional Jawa seperti gamelan. Musik pengiring ini memberikan irama dan suasana yang mendukung pertunjukan tarian, serta menambah keindahan dan kekayaan seni pertunjukan secara keseluruhan.

Kubro Siswo bukan hanya sekadar tarian hiburan, tetapi juga merupakan bagian penting dari warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dihargai. Tarian ini tidak hanya menyajikan keindahan visual, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya, sejarah, dan spiritual yang penting bagi masyarakat Temanggung dan Jawa Tengah pada umumnya.

5. Topeng Ireng (Dayakan)

Tradisi Dayakan, yang juga dikenal sebagai Topeng Ireng, adalah salah satu tradisi unik yang khas dari Temanggung, Jawa Tengah. Tradisi ini melibatkan pertunjukan tarian yang menampilkan para penari yang mengenakan topeng hitam atau "Topeng Ireng". Pertunjukan Topeng Ireng ini sering menjadi bagian dari berbagai acara adat, perayaan, dan upacara keagamaan di daerah tersebut.

Berikut adalah beberapa ciri khas dari Tradisi Dayakan (Topeng Ireng) khas Temanggung. Pertama, Topeng Hitam. Topeng yang digunakan dalam Tradisi Dayakan biasanya berwarna hitam, yang memberi nama pada tradisi ini, "Topeng Ireng". Topeng-topeng ini sering kali dihiasi dengan pola-pola geometris atau motif-motif tradisional yang mencolok, menggunakan warna-warna kontras untuk menonjolkan detail-detailnya.

Kedua, Busana dan Aksesoris. Para penari dalam Tradisi Dayakan sering mengenakan busana tradisional Jawa yang sesuai dengan tema pertunjukan, sering kali dihiasi dengan hiasan-hiasan tradisional seperti kain batik, selendang, dan perhiasan. Aksesoris tambahan seperti sabuk, selendang, atau hiasan kepala juga sering digunakan untuk menambah estetika penampilan.

Ketiga, Gerakan Tarian. Gerakan dalam pertunjukan Topeng Ireng biasanya bersifat dramatis dan ekspresif. Para penari menggunakan gerakan tubuh, tangan, dan wajah mereka untuk menginterpretasikan cerita atau narasi yang disampaikan melalui pertunjukan. Gerakan-gerakan ini sering kali memiliki makna simbolis dan mengandung pesan-pesan moral atau budaya yang dalam.

Keempat, Musik dan Pengiring. Tradisi Dayakan sering diiringi oleh musik tradisional Jawa seperti gamelan atau alat musik lainnya. Musik pengiring ini tidak hanya menambah atmosfer pertunjukan, tetapi juga mengarahkan gerakan-gerakan para penari dan memberikan ritme yang sesuai dengan tema pertunjukan.

Kelima, Makna dan Pesan. Seperti banyak tradisi seni pertunjukan tradisional Jawa lainnya, Tradisi Dayakan sering kali menyampaikan pesan-pesan moral, budaya, atau spiritual yang penting bagi masyarakat. Pertunjukan ini bisa menggambarkan cerita-cerita mitologis, legendaris, atau sejarah yang dianggap penting dalam konteks lokal.

Tradisi Dayakan (Topeng Ireng) bukan hanya merupakan hiburan visual, tetapi juga merupakan bagian penting dari warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dihargai. Pertunjukan ini tidak hanya menyajikan keindahan seni pertunjukan, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya dan spiritual yang penting bagi masyarakat Temanggung dan Jawa Tengah pada umumnya.

6. Musik Clengkungan

Musik Clengkungan hanya ada di Kota Tembakau, Kabupaten Temanggung. Dari sejarahnya, redaksi Hariantemanggung.com mencatata bahwa cengklungan sebagai alat musik tradisional, kini diperkenalkan kembali oleh masyarakat dari Dusun Geblok, Desa Krajan, Kaloran, Temanggung. Cengklungan biasa dimainkan ketika ada momen–momen tertentu, seperti acara desa, ataupun  juga jika hasil panen bagus. 

Cengklungan sendiri sudah ada sejak zaman dulu. Awalnya cengklungan ini hanya digunakan sebagai alat berlindung saat orang mengembala bebek atau kerbau.

Riset Puspita dalam artikel "Pewarisan Kesenian Cengklungan Paguyuban Podho Rukun Temanggung" (Linggau Jurnal of Elementary School Education, Vol. 1 No. 1 (2021), menyebut bahwa cengklungan yang awalnya merupakan alat untuk berteduh, kemudian dalam perkembangannya bertransformasi menjadi alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian-tarian tradisional dalam kegiatan-kegiatan ritual maupun profan.

Dari sisi bentuk, cengklungan berbentuk alat musik yang berasal dari dusun Krajan, Geblog, Kaloran. Musik cengklungan tercipta karena ketidaksengajaan para penggembala kerbau memainkan payung krudhuk. Catatan Farissa Hn (2023) Pertunjukan kesenian cengklungan diiringi oleh 4 payung krudhuk, dawai yang terbuat dari suket grinting, kendang kethuk, bass, kenong, siter, dan suling. Lirik atau syair tembang pada kesenian cengklungan diungkapkan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas hasil pertanian yang melimpah. Keberagaman kebudayaan Indonesia patut diapresiai dan wajib dilestarikan. Sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap leluhur, sudah sepantasnya kita sebagai generasi milenial melakukan pelestarian budaya.

7. Sholawat Njanen

Di Temanggung juga terkenal ada Musik Sholawat Njanen yang secara epistemonologi disebut Dr. Hamidulloh Ibda (2019), njanen berasal dari akronim "njajahi unen-unen". Di daerah Pantura seperti Pati, Rembang, Kudus, Demak, Semarang, ada pula tradisi Berjanjen, hampir sama dengan Njanen, karena memiliki kemiripan dengan seni robbana atau sholawatan, membaca maulid diba', maulidurrasul, dan seterusnya.

Perbedaan Njanen dengan berjanjen atau sholawatan biasa adalah terleat pada bahasa yang digunakan. Jika berjanjen hanya murni membaca mualid diba' dan berbahasa Arab, namun pada kesenian njanen ini membaca Bahasa Arab dan Jawa.

8. Wiwit Mbako (Saat Panen Tembakau)

Wiwit Mbako atau Wiwit Mbakon adalah tradisi berdoa untuk memulai panen Tembakau sebagai tanaman khas di Kabupaten Temanggung. Ritual tahunan ini dilaksanakan untuk berdoa dan memasrahkan kesuksesan bertani Tembakau kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa.

Riset Arrazaq dkk (2022) dalam artikel berjudul "Tradisi Wiwit Mbako di Temanggung Jawa Tengah sebagai Sumber Belajar Sejarah" di SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial  Vol 19, No 2 (2022), disebutkan bahwa masyarakat Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah memiliki tradisi Wiwit Mbako. Tradisi tersebut memiliki latar belakang sejarah terkait dengan kedatangan bangsa Barat di Nusantara. Tradisi Wiwit Mbako dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah.

Dari wiwit mbako ini masyarakat Temanggung berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar daun tembakau yang kita petik tadi dan petikan-petikan selanjutnya jadilah tembakau yang berkualitas bagus. Nantinya laku mahal, laris di mana semua tentunya atas seizin Allah, menjadi rezeki berlimpah dan berkah

9. Grebeg Parakan, Ruwat Bumi, dan Kirab Boyong Menoreh khas Temanggung

Grebeg Parakan dan Ruwat Bumi adalah kegiatan ritual tahunan yang digelar di Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung. Kegiatan berupa pertunjukan ketoprak, arak-arakan, doa bersama, dan lainnya. Masyarakat berharap, dengan Grebeg Parakan khas Temanggung, acara ini diberikan keberkahan, serta memberikan efek peningkatan ekonomi bagi masyarakat. Keyakinan warga Parakan, semoga di tahun yang akan datang grebeg semakin bermakna, grebeg semakin baik lagi.

Pemerintah Kabupaten Temanggung meyakini bahwa Kota Parakan adalah Kota Pusaka, oleh karena itu acara ini luar biasa setiap tahun dilaksanakan, yang dinamakan Ruwat Bumi dan Grebeg Parakan, dan harus kita dengungkan secara nasional, sehingga pemerintah pusat bisa melihat. Bahwa kota ini merupakan kota budaya turun temurun sejak dulu.

Menurut Pemerintah Kabupaten Temanggung, dalam kancah perjuangan bangsa pun, Parakan mempunyai peran melalui bambu runcing. Senjata tradisional yang populer digunakan tentara rakyat dalam perang gerilya ini lekat dengan nama Parakan karena Kiai Subchi, seorang kiai karismatik yang mempunyai kemampuan menyepuh bambu runcing dengan doa-doa Islami.

10. Grebeg Gumuk Kembang khas Temanggung

Tradisi Grebeg Gumuk Kembang adalah tradisi khas Temanggung yang rutin digelar setiap tahunnya. Tujuan Grebeg Gumuk Kembang adalah sebagai wujud syukur warga atas hasil bumi yang melimpah. Dalam pelaksanaannya, masyarakat sebelum berebut gunungan, tradisi Grebeg Gumuk Kembang diawali dengan kirab gunungan tumpeng dan hasil bumi keliling desa. Kemudian dilanjutkan dengan pengambilan air suci di sumber mata air desa.

Prosesi grebek diawali dengan pengambilan air suci dari sumber air di desa. Setelah itu dilakukan penjamasan atau mencuci lingga dan yoni, serta pacul bawak atau cangkul kuno yang berada di situs ini. Setelah prosesi selesai, sesepuh desa dan masyarakat yang datang melakukan doa bersama. Selain memanjatkan syukur, juga berdoa untuk keberlangsungan bertani.

11. Grebeg Suro khas Temanggung

Tradisi Grebeg adalah salah satu tradisi budaya yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, terutama di Jawa, termasuk di Temanggung, Jawa Tengah. Grebeg sering kali merupakan upacara yang diadakan secara rutin setiap tahunnya dan memiliki makna spiritual, sosial, dan budaya yang dalam bagi masyarakat setempat. Grebeg Sura di Kabupaten Temanggung dilakukan di setiap bulan Sura/Muharam.

Kegiatan dalam Grebeg Suro yaitu pertama, Upacara Keagamaan. Grebeg sering kali dimulai dengan upacara keagamaan, seperti doa bersama, pembacaan kitab suci, atau ritual lainnya, sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan atau dewa pelindung yang dipercayai oleh masyarakat setempat. Kedua, Pertunjukan Budaya. Grebeg sering kali juga melibatkan pertunjukan budaya tradisional seperti tarian, musik, teater/ketoprak, wayang, kubro siswo, warokan, atau demonstrasi seni bela diri. Pertunjukan ini menghibur para pengunjung dan memperkaya pengalaman budaya mereka.

Ketiga, Pawai atau Kirab. Salah satu bagian penting dari Grebeg adalah pawai atau kirab yang melibatkan peserta yang mengenakan pakaian adat, membawa berbagai macam perlengkapan tradisional, atau bahkan membawa sesajen atau persembahan untuk dipersembahkan kepada dewa pelindung. Keempat, Pembagian Sesaji atau Berkat. Dalam Grebeg, masyarakat biasanya membagikan sesaji atau makanan tradisional kepada pengunjung sebagai simbol berkat atau keberkahan dari upacara tersebut. Ini juga menjadi bentuk dari sikap gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat.

Kelima, Kegiatan Sosial. Grebeg juga sering dijadikan sebagai momen untuk menggalang kegiatan sosial dalam masyarakat, seperti penggalangan dana untuk amal, bantuan kepada yang membutuhkan, atau kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama

Meskipun Grebeg dapat memiliki variasi dalam pelaksanaannya di berbagai daerah, inti dari tradisi ini adalah untuk memperkuat identitas budaya, meningkatkan kebersamaan sosial, dan menghormati nilai-nilai spiritual yang diyakini oleh masyarakat setempat. Grebeg juga sering kali menjadi daya tarik wisata yang penting dan menjadi momen penting untuk memperkenalkan dan mempromosikan budaya lokal kepada orang-orang dari luar daerah.

Seni dan budaya khas Kabupaten Temanggung tidak hanya menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas lokal, tetapi juga merupakan warisan berharga yang memperkaya kekayaan budaya Indonesia secara keseluruhan. Melalui keindahan seni pertunjukan tradisionalnya, kekayaan kesenian lokal, festival yang meriah, dan upaya pelestarian yang gigih, Temanggung terus menjaga dan menghidupkan warisan budayanya untuk dinikmati oleh generasi masa kini dan mendatang. Semoga artikel ini memperkaya pengetahuan tentang seni dan budaya khas Kabupaten Temanggung! Jika ada yang perlu ditambahkan atau diubah, silakan beri tahu redaksi hariantemanggung.com. (HTm44).


Oleh : Sufi Saniatul Mabruroh
Mahasiswi PGMI INISNU TEMANGGUNG
Literasi keuangan adalah kemampuan (kecakapan) seseorang dalam membuat keputusan efektif yang berhubungan dengan keuangannya. Literasi keuangan menjadi kebutuhan dasar setiap individu agar terhindar dari masalah keuangan. Masalah keuangan bukan hanya muncul dari rendahnya pendapatan, tetapi juga dari kesalahan pengelolaan keuangan seperti penggunaan kredit atau paylatter tanpa perencanaan yang menyebabkan tunggakan. Adanya literasi keuangan akan membantu individu dalam mengatur perencanaan keuangan pribadi secara cerdas.
Mempelajari literasi keuangan menjadi Langkah awal untuk menerapkan manajemen keuangan yang tepat. Dengan mempelajari literasi keuangan kita dapat mengetahui cara mengelola keuangan pribadi, dari keuangan jangka pendek hingga keuangan jangka Panjang. Ada empat dasar yang harus dipahami dalam manajemen keuangan pribadi, yaitu :
Sumber Dana
Kita harus menentukan darimana sumber dana berasal. Sumber dana dapat berasal dari gaji, orang tua, laba bisnis, donatur ataupun beasiswa. Dengan mengetahui sumber dana yang dimiliki, kita dapat menentukan dan mencari sumber dana lain untuk pemasukan tambahan.
Penggunaan Dana
Penggunaan dana berpengaruh besar terhadap manajemen keuangan pribadi. Pengalokasian dana harus berdasar pada prioritas. Contoh yang menjadi prioritas pertama adalah kebutuhan sehari-hari seperti bayar kos, makan, minum, kuota internet, dan transport. Lalu prioritas yang kedua adalah menabung untuk goal jangka pendek seperti membeli handphone. Lalu yang ketiga adalah investasi dan kebutuhan mendesak. Maka dana dapat dialokasikan menjadi 70% untuk kebutuhan sehari-hari, 20% untuk menabung, dan 10% untuk investasi. Namun presentase pembagian keuangan harus tepat dan sesesuaikan dengan Tingkat prioritas yang dimiliki.
Manajemen resiko
Kita harus memperkirakan potensi terjadinya hal-hal tidak terduga. Kejadian tak terduga seperti kecelakaan, sakit, dan kebutuhan mendesak lainnya perlu diproteksi. Salah satu cara untuk memproteksi yaitu dengan memiliki asuransi. Hal ini harus diperkirakan sejak awal secara matang matang.
Rencana masa depan
Pasti kita semua akan beranjak kemasa depan, untuk itu diperlukan persiapan yang matang terutama dalam bidang keuangan. Dengan memperkirakan masa depan, pasti kita dapat menganalisa banyaknya kebutuhan dimasa depan, sehingga kita bisa mempersiapkan investasi sejak saat ini.
 
Manajemen keuangan pribadi adalah seni dan ilmu dalam mengelola sumber daya (keuangan) pribadi. Dibutuhkan kedisiplinan dan kesadaran diri untuk memenuhi prioritas yang telah ditetapkan. Dalam proses pengelolaan keuangan memang tidak mudah, namun kebiasaan dan pola hidup dapat mempengaruhi dan menjadikan  kita sebagai pribadi yang cerdas dalam memanajemen keuangan.

Oleh Robbie Zidna Taufiqon

PAI 6B INISNU Temanggung

Pendidikan Agama Islam (PAI) memegang peran penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai moral generasi muda. Namun, dengan perubahan zaman yang cepat dan kompleksitas tantangan global, ada kebutuhan mendesak untuk mengubah kurikulum PAI agar tetap relevan dan efektif dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia modern. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi tantangan dan peluang yang ada dalam transformasi kurikulum PAI.

Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi dan memahami dunia. Generasi muda saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang belum pernah ada sebelumnya, mulai dari globalisasi hingga revolusi teknologi. Generasi muda adalah tunas bagi penerusan bangsa, jika pemuda tidak memiliki dasar moral yang kuat, generasi muda bangs akita akan lebih mudah dijajah oleh bangsa lain, penjajahan yang dimaksud disini bukanlah penjajahan genjatan senjata, akan tetapi penjajahan moral, karena perkembangan teknologi semakin cepat, setiap generasi akan mengalami penurunan moral, seperti yang dapat kita lihat saat ini, sekarang sejak anak-anak sudah kecanduan akan main handphone, hal ini berbeda jauh dengan anak-anak yang pada masa 2010 ataupun masa sebelum 2010. Pada masa itu anak-anak belum mengenal handphone, jadi tingkat moralitasnya masih tinggi, jadi anak-anak tersebut menghargai dunia nyatanya. Oleh karena itu, kurikulum PAI perlu mengalami transformasi untuk tetap relevan dan memberikan manfaat yang maksimal bagi siswa.

Adapun tujuan utama dari transformasi kurikulum PAI adalah memastikan bahwa pendidikan agama Islam tidak hanya memberikan pemahaman tentang ajaran agama, tetapi juga membantu siswa mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja. Hal ini termasuk pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, literasi digital, dan kepemimpinan moral.

Transformasi kurikulum PAI memerlukan pendekatan multidimensional yang mencakup berbagai aspek. Ini termasuk memperkuat nilai-nilai keislaman, mempromosikan dialog antar agama, mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Kurikulum PAI yang terbaru harus memberikan penekanan yang lebih besar pada pengembangan keterampilan abad ke-21. Ini termasuk keterampilan berpikir kritis dalam memahami ajaran agama, kreativitas dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, kolaborasi dalam bekerja sama dengan sesama, komunikasi yang efektif, literasi digital, dan kepemimpinan moral yang kuat.

Pemberdayaan siswa adalah kunci dalam transformasi kurikulum PAI. Siswa perlu diberi kesempatan untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan, dan mengembangkan pemahaman mereka sendiri tentang ajaran agama Islam. Ini akan membantu mereka menjadi agen perubahan yang aktif dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Meskipun penting, transformasi kurikulum PAI tidaklah mudah. Tantangan dan hambatan seperti resistensi dari stakeholder, keterbatasan sumber daya, dan perubahan paradigma budaya dapat menghambat proses ini. Namun, dengan komitmen dan kerja sama yang kuat, tantangan ini dapat diatasi.

Dengan mengadopsi pendekatan yang inklusif, inovatif, dan berorientasi pada keterampilan abad ke-21, transformasi kurikulum PAI dapat menjadi instrumen yang kuat dalam membentuk karakter dan kepemimpinan moral bagi generasi muda. Melalui upaya bersama dari para pendidik, dan komunitas Muslim secara keseluruhan, kita dapat menciptakan kurikulum PAI yang relevan dan efektif dalam menghadapi tantangan zaman.

 

 


Kudus, Hariantemanggung.com
- Pada Selasa (23/04/2024) dilakukan kegiatan FGD 1 Penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana Kabupaten Kudus tahun 2024, kegiatan ini dilakukan dengan tujuan pembaharuan Dokumen KRB Kabupaten Kudus yang sebelumnya.

Kegiatan di buka langsung oleh Ibu Sri Wahyuni, S.KM., M.M Selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Kabupaten Kudus. beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat mengetahui potensi bencana yang dapat terjadi, mempersiapkan untuk menyelamatkan diri jika sewaktu-waktu terjadi bencana, serta dapat melakukan langkah-langkah antisipatif untuk mengurangi dampak bencana.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Bapak Adi Widagdo, S,Si,M.P.H selaku perwakilan BPBD Provinsi Jawa Tengah, beliau memberikan arahan sekaligus masukan terkait Dokumen Kajian Risiko Bencana Kabupaten Kudus 2022-2024, harapannya dokumen yang akan disusun dapat menjadi patokan bagi dokumen lainnya.

Materi Pertama disampaikan oleh Team Leader Dr. Zela Septikasari, M.Sc., M.Pd mengenai Pemaparan umum dokumen KRB dan tujuan diadakannya pembaharuan Dokumen Kajian Risiko Bencana Kabupaten Kudus.

Selanjutnya materi terakhir yang dibawakan oleh Giant Felix Ramadan, S.Si menjelaskan mengklasifikasian luasan bahaya masing-masing bencana yang ada di wilayah Kabupaten Kudus serta penjelasan mengenai Peta Bahaya Bencana.

Kegiatan ini di hadiri oleh Perwakilan 16 OPD dan 9 Kecamatan yang ada di Kabupaten Kudus. Dalam kegiatan ini terlihat antusiasme tinggi dari para peserta karena mereka mendapatkan kesempatan untuk melakukan review terhadap Draf Dokumen Kajian Risiko Bencana yang ada. Dokumen kajian risiko merupakan dokumen yang wajib bagi Kabupaten/Kota