Oleh: Sufi Saniatul Mabruroh
Lana, gadis kecil yang akan duduk dikelas 4 SD setelah libur kenaikan kelas. ia termenung didepan meja belajarnya dengan bibir mengerucut. Dimejanya terhampar selembar kertas bergaris dan pensil warna-warni. Seharusnya, sore ini ia bermain boneka dengan Ibu di ruang tamu, seperti janji kemarin. Tapi lagi-lagi, Ibu harus pergi ke kantor karena ada pekerjaan mendadak. Lana mengerti. Ibu adalah arsitek hebat yang membangun gedung-gedung tinggi, dan banyak orang bilang Ibu itu super sibuk, super pintar, dan super keren.
Tapi… Lana rindu. Rindu pelukan Ibu yang hangat sepulang sekolah, rindu tawa Ibu saat mereka bermain kartu, dan rindu suara Ibu yang membacakan cerita pengantar tidur. Akhirnya, Lana punya ide. Ia akan menulis surat.
Dengan jarinya yang kecil, Lana mulai menulis, "Untuk Ibu yang super sibuk..." Ia berhenti sebentar, memikirkan kata-kata yang tepat. "Ibu, Lana tahu Ibu hebat sekali. Ibu bisa membuat rumah-rumah indah dan gedung-gedung tinggi. Teman-teman Lana bilang Ibu itu seperti superhero!"
Ia tersenyum sendiri. Lalu, ia melanjutkan, "Tapi, superhero juga butuh istirahat kan, Bu? Lana kangen main sama Ibu. Kangen main masak-masakan, kangen Ibu bacain buku, kangen Ibu ketawa waktu Lana kasih kejutan."
Pikiran Lana melayang pada momen-momen indah bersama Ibu. Bagaimana Ibu selalu menggendongnya saat ia menangis, bagaimana Ibu dengan sabar mengajarinya mewarnai, atau bagaimana Ibu membuatkan sarapan favoritnya setiap hari Minggu.
"Bisa gak, Bu, Ibu libur saja sehari? Atau dua hari? Kita bisa main di rumah, Bu. Kita bisa buat kue, atau nonton film kartun sambil pakai piyama kembar. Lana janji akan jadi anak baik sekali!"
Ia menggambar bunga matahari di sudut kertas, lalu menambahkan beberapa bintang berkilau. "Lana sayang Ibu banyak-banyak. Jangan lupa istirahat ya, Ibu."
Ia melipat surat itu dengan hati-hati, memasukkannya ke dalam amplop bergambar kelinci, dan menuliskan "Untuk Ibu Tersayang" di depannya. Malam harinya, saat Ibu pulang dengan wajah lelah, Lana menyerahkan amplop itu.
Ibu mengerutkan kening, bingung. "Apa ini, Sayang?"
"Surat dari Lana, Bu," jawab Lana dengan mata berbinar.
Ibu membuka amplop itu perlahan. Saat membaca tulisan tangan Lana yang masih sedikit miring, senyum tipis terukir di bibirnya. Senyum itu perlahan berubah menjadi tawa kecil, lalu tawa yang lebih lebar. Air mata tipis menggenang di sudut mata Ibu.
Ibu memeluk Lana erat, sangat erat. "Terima kasih, Sayang. Ibu bahkan tidak tahu seberapa banyak Ibu butuh surat ini." Ibu mencium puncak kepala Lana. "Bagaimana kalau besok kita libur? Kita main masak-masakan, nonton kartun, dan Ibu akan bacakan semua buku cerita yang kamu mau. Bagaimana?"
Mata Lana membulat senang. "Benarkah, Bu?"
Ibu mengangguk sambil tersenyum. "Benar sekali, Sayang. Karena Ibu punya anak yang lebih hebat dari semua gedung tinggi di dunia ini."
Malam itu, Lana tidur dengan senyum di bibir. Ia tahu ibunya memang super sibuk dan super hebat, tapi yang lebih penting, ia tahu ibunya juga super menyayanginya. Dan terkadang, bahkan seorang superhero pun perlu istirahat untuk menghabiskan waktu bersama orang yang paling dicintainya.
Tambahkan Komentar